Kamis, 01 Desember 2011

profil halim mansyur siregar

nama : halim mansyur siregar
alamat : lubuk pakam
memiliki tiga orang putri

16 komentar:

  1. SEHELAI MUKENA TANDA CINTA
    --------------------------


    Dik,
    hanya ini bisa kuberi
    sehelai mukena putih berseri
    untukmu tambatan hati
    jangan takar dengan materi
    zaman begini manalah berarti

    Dik,
    cuma itu dapat kubawa
    tanda kasih sayang dan cinta
    padamu belahan jiwa
    usah diukur dengan harta
    masa begini manalah seberapa

    Dik,
    sambutlah dengan sukma yang menari
    sujud kepada Ilahi syukuri
    yakinkan diri ditambah-Nya rizki
    pada jalan yang sama kita telusuri nanti



    SEJENAK TAFAKUR
    ---------------


    Di rahim yang sama janin kita tumbuh
    di rumah yang sama lorong kekanakan kita tempuh
    Mengapa kini kasih sayang di antara kita semakin menjauh
    lari dari nurani
    kejari mimpi demi mimpi dalam deru duniawi
    Padahal bunga usia tak lagi muda
    merah senja telahpun menyapa
    sekuntum umur kembali gugur, menegur
    untuk sejenak tafakur
    Dulu dininabobokkan pada satu tempat tidur



    APA ARTI EMANSIPASI
    -------------------


    Ia bukan lagi sebatas cahaya penerang gulita
    kini menjelma menjadi kobaran api menyala
    membakar ukiran norma
    sisakan puing-puing hitam, berserakan
    perempuan-perempuan emansipasi
    putri-putri belia seakan tak mengerti
    atau memang dikondisikan untuk tidak mengerti
    agar tiada peduli pada sebuah arti
    tamsil emansipasi laksana api
    kecil sebagai kawan, besar melawan


    *Inilah puisi pertamaku yang terbit
    di Harian Analisa (Medan),yakni e-
    disi Kamis - tanggal 2 Maret 2006.

    BalasHapus
  2. TAUBAT TAK PERNAH UTUH
    ----------------------

    akankah terus begini sampai pertunjukan usai?
    hingga mentari nyaris menghampiri batas cakrawala
    fragmen taubat tak pernah utuh
    hanya menampilkan sajadah penuh debu
    lembaran-lembaran suci lebih sering membisu
    airmata tak berdaya dipecundangi tawa
    yang bersekongkol dengan lagu dan tarian kemenangan palsu
    lakon jahat yang bertahta kuasai waktu
    enggan mengeja tegur-sapaMu
    penyesalan sekadar selingan pembuat lucu
    sekejap muncul, lalu menghilang entah ke mana



    BIARKAN MEMORI ITU PERGI
    ------------------------

    mari bersama menghapus kenangan
    agar tiada sedikitpun tersisa jejak masa lalu
    biarkan saja memori pergi tanpa sepatah wasiat
    sebab ia dapat mengajak kita memasuki lorong sesat
    berkacalah di depan cermin waktu
    bukankah bayangan diri tak lagi satu?


    *Ini puisi keduaku yang terbit di Harian
    Analisa (Medan), sekaligus sebagai puisi
    pertamaku yang berhasil menembus rubrik
    'REBANA' yang dianggap merupakan level
    tertinggi dari rubrik-rubrik puisi lain-
    nya yang ada di Harian Analisa. Sayang,
    hingga kini aku belum bisa lagi menem-
    bus rubrik itu.

    BalasHapus
  3. Oya, puisi itu terbit pada edisi Minggu, 7 Mei 2006

    BalasHapus
  4. SEBUAH TANYA
    ------------------------------


    Masih mungkinkah kita menemukan jejak falsafah
    di tengah pekatnya belantara jiwa nan penuh belukar nista?
    Sementara tongkat-tongkat adat tak lagi berguna menjadi alat
    penepis sampah penyebab tertutupnya arah yang tepat
    Dan lentera norma pun nyaris padam
    hingga peta agama hampir tiada terbaca
    oleh sebagian besar anak negeri yang telah memilih jalan pintas
    menempuh langkah menuruti ajakan setan
    dengan melepas cengkeraman tangan-tangan nasehat
    yang kaku terdiam




    AGAR ESOK MAMPU TERGELAK
    ---------------------------------------------------
    (:perjuangan ayah)


    Ringkih raga, legam di pundak
    melintasi hidup di jalanan penuh batu berserak
    Dengan irama napas mengalun sesak
    diiring derita bernada serak
    nyanyikan sebait rindu nan menyentak
    bangkitkan gairah bagi jiwa anak-anak
    agar esok bibir-bibir mereka mampu tergelak
    di singgasana tawa mengusir isak


    *Terbit di Harian Analisa
    edisi Rabu, 6 Desember 2006

    BalasHapus
  5. WAKTU TERUS BERLARI
    --------------------------


    bangunlah wahai anakku
    sejuta mimpi tak-kan membawa arti
    lihat di luar sana
    senyum surya tlah menyapa seisi bumi
    dan sang waktu bakal terus berlari
    jangan sampai kehilangan kehangatannya
    bila itu terjadi
    maka saat engkau terjaga nanti
    mungkin saja ia telah pergi
    lalu haruskah cerita dunia yang kau saksikan
    hanyalah kisah tentang mendung dan hujan




    MUSIM MASIH BEGITU
    ---------------------------


    dedaunan layu menguning
    reranting lapuk mengering
    tanahku gersang merana
    tiada mampu menumbuhkan bunga
    hingga tiba di batas waktumu,Ibu
    musim masih saja begitu
    membara dan membara lagi
    seteguk madu tak sempat kuberi



    *Terbit di Harian Analisa
    edisi Rabu, 27 Desember 2006

    BalasHapus
  6. UNTUK APA DIAM MEMBISU
    ----------------------


    tak selalu sendu mata bulan
    tiada selamanya mendung menjadi hujan
    akan ada masa pelangi muncul di atas awan
    untuk apa termangu dan diam membisu
    menatap pilu ke masa lalu
    bukankah jalanpun tidak semua terjal dan berliku




    AKU AKAN TERUS MENARI
    ---------------------


    aku bukan tulip atau sakura
    hanya rumput kering yang hampir mati
    di sela serumpun ilalang bernasib serupa
    tapi daunku yang tinggal satu
    akan terus melambai menari
    hingga retak tanah tempat aku berdiri
    karena kutahu pasti
    angin bukan milikmu sendiri




    TETESAN EMBUN
    -------------


    boleh saja di langit tiada bintang
    namun dalam tidur nyenyakku
    mimpi indah pasti datang
    maka biarlah malam ini gerimis tak jua reda
    sebab esok pagi akan kuteguk tetesan embunnya



    *Terbit di Harian Analisa
    edisi Rabu,10 Januari 2007

    BalasHapus
  7. MUSIM BELUM BERGANTI
    ----------------------


    Kiranya musim belum berganti
    hanya berkutat di sekitar asa
    berlagak memburu harapan
    disesaki tumpukan janji
    sembunyi dari kenyataan
    menutup pintu nurani
    lupakan luka yang berserakan
    hingga harap menjadi pengap: terkungkung kecemasan
    mungkinkah seberkas sinar datang menerpa
    membiaskan cahaya kepada jiwa-jiwa yang lara




    BUNGA-BUNGA DUKA
    ----------------


    Bunga-bunga duka yang kutabur di atas pusaramu
    sebagai penawar rindu
    takkan mampu menghapus derita
    dalam pendakian sunyi sebongkah jiwa
    yang sarat dengan kehampaan
    di antara lorong-lorong waktu yang semakin sepi
    dan di dada ini pilu terpatri di dinding kalbu
    dihiasi biru tangis berbingkai nestapa kelabu
    yang melekat di sudut-sudut hati
    ukiran kisah sejuta kenangan penuh makna
    lewat lukisan gelombang cinta
    membentur karang kematian



    *Terbit di Harian Analisa
    edisi Rabu, 24 Januari 2007

    BalasHapus
  8. BERBAGI HATI
    ------------------


    Aku ingin di sisimu
    duduk di teras rindu
    pada rumah cinta penuh aroma bunga

    aku ingin di dekatmu
    memandang pelangi di langit biru
    menemani gemintang mengasah cahaya bulan

    aku ingin selalu bersamamu
    di setiap tempat,sepanjang waktu
    berbagi hati untuk saling menyayangi


    *( Analisa, 1 Maret 2007 )

    BalasHapus
  9. RINDU DAN KEBENCIAN
    ----------------------


    pada setiap hitungan desah napas angin
    ia akan selalu menitipkan gelombang rindu
    bercampur kebencian




    WAKTU DAN KESEMPATAN
    ------------------------


    selagi pintu kirana masih terbuka
    masih ada waktu bercanda dengan bianglala
    selagi air tetap mengalir dari hulu
    jangan beri kesempatan rindu menjadi beku



    *( Analisa, 7 Maret 2007 )

    BalasHapus
  10. SAATNYA BERGEGAS PULANG
    ------------------------------


    Entah telah berapa waktu
    berjalan tak tentu tuju
    melangkah dan terus melangkah
    tanpa hiraukan petunjuk arah
    hingga di suatu tempat diri terperanjat
    sudah terlalu jauh menempuh lorong sesat
    sekaranglah saatnya bergegas pulang
    mumpung masih tersisa cahaya terang
    memohon, mengiba serta berharap
    temukan jejak kebenaran
    sebelum hari terlanjur gelap

    *( Analisa, 4 April 2007 )

    BalasHapus
  11. BUANG JAUH-JAUH
    -------------------


    Buang jauh-jauh rasa itu
    tak perlu buang waktu melantunkan rindu
    kembali ke hulu
    karena arus kebohongan terlalu deras menyeretmu
    hanyut ke laut
    terombang-ambinglah di sana
    bersama gelombang kepalsuan itu
    sampai ia sendiri yang menggerogoti tubuhmu
    kelupas kulit, busuki belulangmu
    hingga lumpur dusta di dalamnya
    mengubur jiwa dan raga

    *( Analisa, 11 April 2007 )

    BalasHapus
  12. PETANI CINTA
    ----------------


    Akulah si petani cinta itu
    yang menyemai benih rindu sehamparan kebun
    tak kubiarkan tanah sekeras batu
    meski hujan lama tak turun
    kan kusiram tanaman satu demi satu
    walau harus mengais butiran embun
    menuai panen hanya soal waktu
    seperti janji sang Maha Penyantun

    *( Analisa, 16 Mei 2007 )

    BalasHapus
  13. SEBELUM KEHABISAN WAKTU
    -------------------------------


    Begitu pekat kabut kegelapan itu
    hingga tertatih-tatih langkahku 'tuk menggapai
    jalan kasih-Mu
    keluar dari lembah nista penuh lumpur noda
    di jurang kesesatan paling dalam
    kini aku bersimpuh di hadapan-Mu
    dengan tubuh berlumur dosa
    demi sebuah pinta
    Engkau berkenan mendekapku penuh rindu
    seperti janji-Mu pada siapapun
    yang dapat menemukan kembali pancaran cahaya-Mu
    sebelum kehabisan waktu




    KITA BERSIMPANG JALAN
    ------------------------------


    Kurasa tak mengapa kita bersimpang jalan
    meski karenanya aku menjadi sosok utopia
    di hatimu
    toh sudah terlalu jauh jarak rindu yang kau bentangkan
    hingga percuma saja panggilan suci ini kuteriakkan
    untuk memanggilmu pulang
    sebab jalanan kota yang bingar oleh gaduh kendaraan
    menyalip ke sana-sini untuk saling mendahului
    bagimu justru pemandangan mengasyikkan
    sedangkan aku pendamba sepi
    maka biarkan pula kupilih jalan sendiri
    lurus menuju taman hati




    BERNAPAS DENGAN KATA
    ----------------------------


    Tuhan...,
    aku ingin bernapas dengan kata
    maka tiupkanlah ruh ke tubuh pena yang kupunya
    agar setiap puisi yang terlahir dari rahimnya
    menjelma hidup mengandung nyawa



    *( Analisa, 22 Agustus 2007 )

    BalasHapus
  14. AIR MATA (1)
    ----------------


    Karena menangis yang sesungguhnya
    bukanlah mengumbar air mata
    maka biarkan air mata itu
    menggelantung di kelopak matamu
    sebab saat terjatuh dan mulai membasahi pipi
    sesungguhnya ia sudah tak jernih lagi
    akibat tercampur keringat dan daki




    AIR MATA (2)
    ------------------


    Saat hati dibelai
    bolehlah air mata berurai
    karena hanya kau dan Tuhan yang tahu
    seberapa bening air matamu




    AIR MATA (3)
    ------------------


    Teguhkan saja keyakinanmu
    pada suatu waktu: air mata itu
    akan mengalir ke lautan madu



    *( Analisa, 2 Maret 2011 )

    Setelah vakum sekian lama dan memasuki era komputerisasi,
    inilah puisi pertamaku yang terbit di Harian A N A L I S A
    di mana pengiriman naskah harus menyertakan CD

    BalasHapus
  15. HANYA SETITIK AIR
    ------------------------


    Aku memang bukan deru hujan
    bahkan rinai gerimispun bukan
    aku hanyalah ibarat setitik air
    namun masih mencoba untuk terus mengalir




    KEMARAU DAN HUJAN
    -------------------------


    Adalah sebuah kenyataan yang tak terbantahkan
    betapa banyak orang menghentikan perjalanan
    justru karena terhalang derasnya hujan
    lantas manakah sesungguhnya yang lebih layak dirisaukan
    kemaraukah atau terguyur hujan




    SEGARIS SENYUM (1)
    -------------------------
    - Kepada bunda


    Segaris senyum di bibirmu
    semangat kembali menggebu




    SEGARIS SENYUM (2)
    ------------------------
    - Kepada bunda


    Kemarin kemarau
    hari ini juga kemarau
    mungkin esokpun masih kemarau
    namun segaris senyum di bibirmu
    membuatku tak lagi risau
    meski sepanjang tahun harus menghadapi kemarau




    SEGARIS SENYUM (3)
    -------------------------
    - Kepada bunda


    Perpisahan telah masuk tahun kesepuluh
    bagiku engkau tak pernah terasa jauh
    segaris senyum di bibirmu masih terlukis utuh




    BULAN KEMBALI SABIT
    ----------------------------


    Angka usia bertambah buncit
    gerak langkah semakin irit
    bulan di langit kembali sabit
    sisa umur tinggal sedikit




    BAGIKU KAU SANGAT BERARTI
    -------------------------------------
    - Kepada para muridku


    Karena bagiku kau sangat berarti
    kupaksakan jua mengayuh langkah
    berlomba dengan matahari
    meski nanti saat kita bersua
    kekecewaanlah yang aku terima
    rindu kian membeku
    gairah sirna sudah
    tak lagi haus terhadap ilmu
    semakin tak jelas arti bersekolah



    *( Analisa, 23 Maret 2011 )

    BalasHapus
  16. SEISI BUMI BERLOMBA MENYAMBUT PAGI
    --------------------------------------------


    Lama nian engkau terlelap dalam mimpi
    bangun dan bangkitlah wahai anakku
    buka jendela kamarmu
    juga jendela hati
    dengarkan kicauan burung yang asyik bernyanyi
    seisi bumi berlomba menyambut pagi
    bunda tak ingin kesunyian malam tadi
    menjadi teman abadi




    SANG WAKTU
    ---------------


    Sesungguhnya di ranah sang waktulah
    kita berkutat
    derap langkahnya seolah terlalu cepat
    hingga jarak siang dan malam pun seakan
    begitu dekat
    bayang-bayang senja mulai berkelebat
    sebentar lagi terang akan berganti pekat
    banyakkah sudah bekal didapat
    untuk dibawa ke alam akhirat




    TANAMAN PALING BERHARGA
    ------------------------------


    Jika asa tumbuh di dada
    itulah sesungguhnya tanaman paling berharga
    rawatlah ia dengan seksama
    jangan sekalipun menelantarkannya
    apalagi mencabutnya



    *( Analisa, 6 April 2011 )

    Beberapa puisi saya yang terbit di Harian Analisa pada tahun 2011 tidak saya cantumkan
    di sini. Posisinya aman di situs/blog tertentu

    BalasHapus